Tugu
Muda
Tugu muda Semarang terletak di tengah
persimpangan jalan Pandanaran,jalan Mgr Sugiopranoto, jalan Imam Bonjol, jalan
Pemuda dan jalan Dr. Sutomo. Bangunan tugu muda didirikan pada tanggal 10
November 1950.
Tugu muda merupakan sebuah tugu yang berpenampang segi lima
yang terdiri dari tiga bagian yaitu landasan, badan, dan kepala. Tugu muda
terbuat dari batu yang dikelilingi oleh kolam dan taman untuk memperindah
suasana. Kondisi tugu muda cukup terawat, kolam yang mengelilingi tampak
bersih, taman yang mengelilingi juga terlihat rapi dan indah. Pemerintah
Semarang memang memberikan perhatian lebih pada salah satu bukti sejarah ini.
Pada
tanggal 28 Oktober 1945, gubernur Jawa Tengah, Mr. Wongsonegoro meletakkan batu
pertama pada lokasi yang direncanakan semula yaitu didekat alun-alun namun
karena pada bulan November 1945 meletus perang melawan sekutu dan Jepang,
proyek ini menjadi terbengkalai. Kemudian tahun 1949, oleh badan koordinasi
Pemuda Indonesia (BKPI), di prakarsai ide pembangunan tugu kembali, namun
karena kesulitan dana, ide ini juga belum terlaksana. Tahun 1951, walikota
Semarang Hadi Soebono Sosro Wedoyo, membentuk panitia tugu muda, dengan rencana
pembangunan tidak lagi, tetapi pada lokasi saat ini. Desain tugu muda
dikerjakan oleh Salim, sedangkan relief dkerjakan oleh seniman Hendro. Batu
yang digunakan didatangkan antara lain dari kaliurang dan paker. Tanggal 10
November 1951, diletakkan batu pertama oleh Gubernur Jateng Boediono dan pada
tahun 1953, bertepatan dengan hari Kebangktan Nasional, tugu muda diresmikan
oleh Soekarno, presiden Republik Indonesia pertama pada kala itu. Hingga
sekarang banyak dilaukan perubahan terhadap arca di sekitar Tugu muda.
Tugu muda didirikan untuk memperingati pertempuran lima
hari di Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan melawan Jepang pada tanggal
15 hingga 20 Oktober 1945. Tugu muda juga sebagai bukti mereka kala itu dengan
semangat beranimati mempertahankan kemerdekaan negara yang baru beberapa pekan
di Proklamasi di Jakarta.
Sat itu, 8 polisi istimewa yang menjaga tandon air di
Wungkau diserang tentara Jepang. Para polisi ini ditangkap dilucuti dan disiksa
di markas Kidobutai, di Jatingaleh. Peristiwa ini memicu keberanian
pemuda-pemudi Semarang yang bahu membahu bersama tentara BKR melakukan serangan
balasan hingga meletus pertempuran.
Bangunan bersejarah yang unik dan masih kokoh inilah yang
menjadi saksi bisu gugurnya pemuda dan pejuang Semarang putra terbaik bangsa
pada kala itu. Keberanian pejuang Semarang dan kebengisan tentara Jepang kala
itu, sebagian tergambar dalam dioroma yang diukir dibagian bawah tugu muda.
Tugu muda sebagai pengingat terjadinya pertempuran lima hari di Semarang.
Pertempuran lima hari di Semarang merupakan bentuk
perlawanan rakyat Semarang melawan Jepang. Pertemuran ini adalah perlawanan
terhebat rakyat Indonesia terhadap jepang dapa masa transisi . pertempuran
dimulai pada tanggal 15 Oktober 1945 dan berakhir pada tanggal 20 Oktober 1945.
Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendarat di pulau Jawa,
dan tujuh hari kemudian tepatnya 8 Maret, pemerintah kolonial Belanda menyerah
tanpa syarat pada Jepang. Sejak itu Indonesia berada dibawah kekuasaan Jepang.
Tiga tahun kemudian, Jepang menyerah tanpa syarat kepada
sekutu setelah dijatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasoki. Peristiwa
tersebut terjadi pada tahun 1945. Mengisi kekosongan tersebut, Indonesia
mengisinya dengan memploklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Berita kemerdekaan dari Jakarta akhirnya sampai di
Semarang, seperti dikota-kota lain para prajurit dan juga pemuda berusaha untuk
melucuti senjata Jepang yang bermarkas di Jatingaleh. Pada tanggal 13 oktober,
suasana semakin mencekam, tentara Jepang semakin terdesak. Pada tanggal 14
Oktober, Mayor Kido menolak penyerahan senjata sama sekali. Para pemudapun
marah dan mulai bergerak sendiri-sendiri. aula rumah sakit Purusara dijadikan
markas perjuangan. Para pejuang rumah sakitpun tidak tinggal diam, mereka ikut
bergerak aktif dalam menghadapi Jepang. Sementara itu para pemuda menggunakan
taktik gerilya.
Setelah pernyataan Mayor Kido, pada Minggu, 14 Oktober1945
pada pukul 06.30 WIB pemuda-pemuda rumah sakit mendapat instruksi untuk
mencegat dan memeriksa mobil Jepang yang lewat didepan rumah sakit Purusara.
Mereka merampas sedan milik Kmapeta dan merampas senjata mereka. Sore harinya,
para pemuda aktif ikut mencari tentara Jepang dan kemudian dijebloskan kedalam
penjara Bulu. Sekitar 18.00 WIB.pasukan jepang bersenjata lengkap melancarkan
serangan mendadak sekaligus melucuti delapan anggota polisi istimewa yang waktu
itu sedang menjaga sumber air minum bagi warga kota Semarang Resorvoir Siranda
di Candilama. Kedelapan anggota polisi istimewa itu disksa dan dibawa ke markas
Kidobutai di Jatingaleh. Aore itu tersoar kabar tentara Jepang menebarkan racun
ke dalam resovoir itu. Rakyatpun menjadi gelisah.
Selepas Maghrib, ada telepon dari pimpinan Rumah sakit
Purusara, yang memberitahukan agar dr. Kariadi, kepala laboratorium Purusara
segera memeriksa resovoir Siranda karena berita Jepang menyebarkan racun itu.
Dokter Kariadi kemudian dengan cepat memeriksa resovir Siranda tersebut. tetapi
saat perjalanan, mobil Dr. Kariadi dicegaiadit oleh tentara jepang dijalan pandaran.
Bersama tentara pelajar yang menyopiri mobil yang ditumpanginya, dr. Kariadi
ditembak secara keji. Ia sempat dibawa kerumah sakit sekitar pukul 23.30 WIB.
Ketika tiba dikamar bedah, keadaan dokter kariadi sangat gawat. Nyawa dokter
muda itu tidak dapat diselamatkan lagi. Ia gugur dalam usia 40 tahun satu bulan.
Kejadian ini merupakan penyulut utama perang lima hari di
Semarang. Sekitar pukul 03,00 WIB, 15 Oktober 1945, Mayor Kido beserta
tentaranya menyerang ke pusat Smearang. Sementara itu, berita gugurnya dr.
Kariadi yang dengan cepat menyebar, menyulut kemarahan warga semarang. Hari
berikutnya, pertempuran meluas ke berbagai penjuru kota. Korban berjatuhan di
mana-mana. Pada 17 oktober 1945, tentara Jepang meminta gencatan senjata, namun
diam-diam mereka melakukan serangan ke berbagai kampung. Pada 19 Oktober 1945,
pertempuran terus terjadi di berbagai penjuru kota Semarang. Pertempuran selama
lima hari ini memakan korban 2000 orang Indonesia dan 850 orang Jepang.
Dari kejadian inilah dibangun Tugu Muda di Semarang,
sebagai sarana untuk mengenang para pahlawan kita, dan sebagai pengingat kita
untuk selalu bersyukur bahwa kita generasi penerus tidak harus bersimbah darah
terlebih dahulu untuk mengucapkan kata merdeka, oleh sebab itu, kita wajib menjaga,
melestarikan, dan tetap menanamkan cinta tanah air Indonesia agar kita tidak
dijajah lagi dikmudian hari.